Translate

Sabtu, 03 Januari 2015

5 permainan tradisional yang sudah di tinggalkan oleh anak-anak masa kini

5 permainan tradisional yang sudah di tinggalkan oleh anak-anak masa kini

1.       Gasing

Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing.
Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan
                Permainan gasing juga memiliki nilai moral yaitu gasing mengajarkan kita tentang tentang arti keseimbangan hidup, hidup sama seperti gasing yang bila gasing itu seimbang maka akan bertahan lama dalam berputar. Seperti itu pula kehidupan bila kita seimbang antara jasmani dan rohani maka insyaallah umur kita juga akan lama.
2.       Yo-yo
Yo-yo adalah suatu permainan yang tersusun dari dua cakram berukuran sama (biasanya terbuat dari plastik, kayu, atau logam) yang dihubungkan dengan suatu sumbu, di mana tergulung tali yang digunakan. Satu ujung tali terikat pada sumbu, sedangkan satu ujung lainnya bebas dan biasanya diberi kaitan. Permainan yo-yo adalah salah satu permainan yang populer di banyak bagian dunia.
Yo-yo dimainkan dengan dengan mengaitkan ujung bebas tali pada jari tengah, memegang yo-yo, dan melemparkannya ke bawah dengan gerakan yang mulus. Sewaktu tali terulur pada sumbu, efek giroskopik akan terjadi, yang memberikan waktu untuk melakukan beberapa gerakan. Dengan menggerakkan pergelangan tangan, yo-yo dapat dikembalikan ke tangan pemain, di mana tali akan kembali tergulung dalam celah sumbu.
                Yo-yo di zaman modern seperti saat ini banyak di kembangkan menjadi yang lebih modern tetapi cara bermain nya masiih sama seperti dasar permainan yoyo. Permainan yo-yo juga memiliki nilai moral yang sangat penting untuk kehidupan, yoyo di mainan itu di turunkan ke bawah lalu ke atas maka dari cara bermain itu bila di hubungkan ke kehiudpan kita itu sangat erat hubungannya yaitu sama seperti kehidupan manusia ada yang di atas dan juga ada yang di bawah dan sewaktu-waktu entah kapan itu akan berbalik yang di atas akan menjadi yang di bawah dan sebalikhya dan di harapkan untuk terus berusaha dan terus beribadah kepada sayng pencipta kita.

3.       Gundu (kelereng)
Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya 1,25 cm. Permainan kelereng ini biasanya dimainkan oleh anak sekolah dasar umur 7 tahun. Ternyata, kelereng juga dapat ditemukan di belahan dunia lain.
Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, kelereng dikenal dengan nama knikkers. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman.
Di permainan kelereng ini tidak mempunyai cara bermain yang tetap tetapi di setiap permainan kelereng ini mempunyai peraturannya sendiri-sendiri tergantung wilayahnya dimana dan di setiap wilayah itu sendiri berbeda-beda peraturan nya.



4.       Taplak gunung
Permainan Engklek atau taplak gunung atau juga sudamanda adalah permainan tradisional di indonesia. Permainan engklek ini sangat baik untuk anak – anak dikarenakan anak akan belajar bersosialisasi dan juga baik untuk kesehatan karena permainan ini cukup banyak gerakan sehingga mengurangi peningkatan obesitas pada anak.
Cara bermainya pertama kita menggambar di atas tanah ataupun di jalan 8 kotak dan setengah lingkaran di bagian atas sendiri. Lalu kita beri nomor pada masing kotak. Kemudian yang di gambar setengah lingkaran itu diberi nomor sembilan dan dibagian setengah lingkarannya diberi nomor sepuluh.
Permainan ini biasanya di mainkan oleh anak perempuan, tetapi anak laki-laki juga kadang ikut bermain. Setelah itu kalau jumlah pemainnya hanya dua orang cukup melakukan suit untuk menentukan siapa yang main terlebih dahulu. Tapi kalau lebih dari dua bisa lakukan dengan cara hompimpa. Akan tetapi kadang-kadang untuk menentukan siapa yang duluan bermain adalah dengan cara siapa yang lempar gacoannya yang berupa batu atau pecahan genteng tersebut, tepat pada kotaknya dan juga yang paling jauh pada nomor di kotaknya. Yang paling dekat akan mendapat urutan bermain pertama dan yang paling jauh mendapat urutan paling akhir. Lalu setelah itu pemain mesti meloncat dari satu kotak ke kotak lainnya dengan satu kaki, terserah mau kaki kanan atau kiri yang jadi tumpuannya.
Lalu kalau gacoannya sudah mencapai pada nomor sembilan, maka si pemain harus mengambilnya dengan cara menghadap ke belakang dan berjongkok, tangan kita gak boleh sampai menyentuh garis kotak, kalau sampai menyentuh garis kotak maka pemain tersebut gagal dan harus diganti pemain lainnya. Sebelumnya bertepuk tangan 3 kali, barulah mengambil gacoannya dengan menghadap ke belakang. bila sudah maka pemain itu mendapat bintang dan pada kotak bitang itu dia dapat berdiri dengan 2 kaki nya sekaligus dan pemain lain dilarang menginjak kotak bintang tersebut.
Permainan taplak gunung ini melatih otot anak-anak supaya bisa melompat sejauh mungkin dan bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan hanya menggunakan 1 kaki saja .
5.       Petak umpet
Rok Umpet dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan petak umpet. Salah satu permainan tradisional yang populer hampir di seluruh wilayah Indonesia, tentu saja mungkin dengan nama yang berbeda-beda.
Permainan ini tidak menggunakan alat apapun, namun hanya memerlukan sebuah tembok, pohon atau media yang bisa digunakan untuk membantu menutup mata bagi si lakonnya. Biasanya si-lakon akan menutup mata dan tidak boleh menoleh sebelum hitungannya usai (minimal sampai 10 hitungan). Sementara teman – teman yang lain berusaha untuk bersembunyi agar tidak terlihat oleh si-lakon.

Apabila si-lakon sedang mencari tempat persembunyian teman-temannya, maka yang lain harus lari dan menyentuh tempat si-lakon tadi berjaga. Namun jangan sampai “keduluan” oleh si-lakon. Apabila “keduluan”, maka pada permainan selanjutnya, yang menjadi si-lakon gantian dengan yang tadi kalah dalam adu lari.

 Sekian postingan saya kali ini semoga dapat melestarikan permainan tradisional dan dapat di main kan kembali, di kenalkan kepada anak-anak yang belum mengetahui sebelumnya permainan ini. Terima kasih semoga bermanfaat J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar